Laman

Rabu, 27 April 2011

Semakin Banyak Bahasa Daerah yang Punah Sebagian Kekayaan Budaya Mulai Hilang

Bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu bagi sebagian warga Indonesia terancam punah sehingga perlu perlindungan. Kepunahan bahasa sekaligus menandai hilangnya sebagian budaya dan peradaban.

Hal itu terungkap dalam Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2008 di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Senin (25/2). Peringatan itu dihadiri Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) Arief Rachman, Duta Besar Banglades Salma Khan, Duta Besar Sri Lanka Nanda Mallawaarachchi, serta perwakilan dari Kedutaan Besar India dan Pakistan di Indonesia.

Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dendy Sugono mengatakan, bahasa ibu dengan penutur sedikit cenderung kian punah.

”Fenomena tersebut terjadi di seluruh dunia. Sekitar 50 persen dari 6.700 bahasa di dunia mengalami kepunahan dalam satu abad terakhir. Anak-anak muda meninggalkan bahasa ibunya dan ini tak lepas dari kuatnya pengaruh globalisasi,” ujar Dendy.

Di Indonesia, menurut catatan Pusat Bahasa, sejumlah bahasa daerah tak lagi digunakan. Sebagai contoh, di Papua terdapat sembilan bahasa yang punah. Sedangkan di Maluku Utara ada satu bahasa yang punah.

”Itu baru di sebagian wilayah Indonesia Timur yang kami teliti, belum lagi di kawasan barat dan tengah. Penelitian kami diperkirakan baru selesai Agustus tahun ini,” ujarnya.

Summer Institute of Linguistics (SIL), lembaga swadaya masyarakat internasional yang mendokumentasikan bahasa-bahasa yang hampir punah di dunia, mencatat, di Sumatera dari sebanyak 52 bahasa pada tahun 2000, yang tersisa kini hanya tinggal 49 bahasa atau sebanyak tiga bahasa hilang.

Di Papua, dari 271 bahasa yang ada, dua di antaranya sudah menjadi bahasa kedua. Di Maluku, dari 132 bahasa, hanya 129 yang aktif dituturkan dan tiga bahasa lainnya hilang. Bahasa yang hilang tersebut bisa saja hilang bersama dengan penggunanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar